(Sebuah Kisah tanpa Batas)
Disana
diujung lorong ruangan sempit, kutemui dirimu melangkah. Hampir disetiap
langkahmu kudapati rasa yang begitu yakin tanpa ada sedikitpun ragu. Kepalamu yang
seringkali menengadah keatas, tubuhmu yang begitu tinggi seringkali aku lihat
dilorong ruangan itu. Selalu aku menghitung waktu dan menatanya agar mampu
kulihat dirimu dalam waktuku.
Terkadang
pernah kudapati mata kita bertemu. Namun seringkali aku melempar pandanganku
berharap tak kau dapati aku sedang menatapmu. Entah mengapa saat mataku
menatapmu, selalu terjadi aliran darah yang tak pernah normal, jantung berdegup
tak seperti biasanya juga tulang tubuhku yang begitu kaku. Namun sering aku
berusaha menguasai diri untuk terlihat biasa saja saat kau berada di depanku
dan berbicara denganku.
Gayamu
yang terlihat begitu angkuh, membuatku merasa senang saat kau memanggil namaku.
Aku selalu merasa takut saat hatiku turut bicara bahwa “aku menyukaimu”. Entah apa
yang aku suka darimu. “Ya Allah, aku minta maaf karena berani menyukai makhluk
ciptaanmu yang satu ini. Maaf aku pernah menatapnya. Astagfirullah” itu yang
sering bibirku utarakan.
Seringkali
kau masuk ke dalam bunga tidurku. Mungkin karena aku terlalu sering
memikirkanmu. Mengapakah engkau? Mengapa engkau tak hadirkan semua asa dalam
nyata? Jika dirasa kaulah yang terbaik, izinkan aku tak pernah menghapusmu dari
asaku “tak akan pernah”. Namun, tidakkah kau bisa bersikap hangat? Kenapa hanya
padaku?
Aku
cukup tau diri untuk hal ini. Aku tau mana saja yang tergolong mungkin dan
tidak mungkin. Aku sebagai manusia bisa apa? Toh semua tergantung padaNya. Aku hanya
mampu membiarkan asaku berlabuh hingga akhirnya dia menepi. Kuserahkan asaku
padaMu. Biar Engkau yang mengarahkan kemana asaku kan menetap. Semoga saat itu
memang sempat, agar tak selalu terpenjara dalam waktu. Asaku kan berlabuh
disana dan akan menepi tepat pada hari itu dan untuk selamanya. Insya Allah J .
Dee-
0 komentar:
Posting Komentar